Tak ada kata menyerah dalam menggapai cita-cita. Begitu pula apa yang dialami Bripda Muhammad Taufik Hidayat, polisi muda yang baru lulus dari SPN (Sekolah Polisi Negara) Selopamioro, akhir tahun 2014 kemarin. Berbekal niat dan keteguhan hati Taufik yang berasal dari keluarga tidak mampu dan tinggal di bangunan bekas kandang sapi mampu mewujudkan cita-citanya untuk bergabung bersama Polri.
Sangat miris ketika melihat rumah polisi muda putra dari pasangan Triyanto dan Martinem ini. Bangunan semi permanen di Jongke tengah, Sendangadi, Mlati, Sleman, yang dulunya difungsikan sebagai kandang sapi oleh kelompok peternak di kampungnya, dialih fungsikan sebagai tempat bernaung bagi Ayah dan ketiga adiknya. Tak berada jauh dari bangunan tersebut, masih berdiri kandang dengan sapi-sapinya. Bau kotoran sapi sudah menjadi kesehariannya.
Dinding Batako tidak menutup semua bangunan tersebut, ada rongga besar yang menganga dan hanya tertutup kain. Begitu pula pintu rumahnya yang juga terbuat dari kain seadanya. Apabila hujan turun tentu saja air akan masuk ke dalam rumah yang tidak terlindung sepenuhnya itu.
Apabila cuaca dingin, hanya selimut yang bisa menghangatkan keluarga itu. Tak ada lemari di rumah tersebut, baju-baju Taufik termasuk seragamnya hanya menggantung di besi yang melintang dalam kamar. Kasur yang digunakan pun sudah kotor dan berlubang, hingga kapuk-kapuk di kasur bisa menyembul keluar.
Mulanya memang Taufik sekeluarga hidup satu rumah, akan tetapi setelah orang tuanya bercerai dua tahun lalu, dia bersama ayah dan ketiga adiknya terpaksa hidup di bangunan yang sangat sederhana itu. Rumahnya terdahulu dijual oleh ibu kandungnya dengan maksud untuk membeli rumah yang baru. Akan tetapi uang hasil penjualan tersebut tidak cukup untuk membeli rumah, akhirnya mereka mendapat sumbangan bangunan dari kelompok ternak dari kampung untuk ditinggali. Sedang ibunya saat ini hidup bersama suaminya yang baru.
"Saya berangkat dari rumah jalan kaki, karena hal tersebut saya terlambat dinas, dan harus dihukum," ujarnya, Rabu (14/1/2015).
Kejadian tersebut baru terjadi Senin (12/1/2015) kemarin, saat dia baru saja masuk di satuan Sabhara Polda DIY. Sebelumnya saat pendidikan, Taufik tinggal di asrama. Hari pertamanya diwarnai hukuman, karena dia terlambat datang untuk apel pagi yang seharusnya pukul 6.30, tetapi dia baru bisa sampai di Polda DIY pukul 08.00.
Bagaimanan tidak terlambat, Taufik harus jalan kaki sejauh lebih dari 5 kilometer. Taufik mengaku mulai berangkat sejak subuh,sebelum matahari mulai bersiniar. Selain berjalan, kadang-kadang dia berlari untuk mengejar waktu. Taufik sendiri tidak mempunyai kendaraan bermotor, yang diapunya adalah colt pick up, yang dipakai ayahnya untuk bekerja sebagai buruh serabutan.
"Saya mengaku kepada atasan harus jalan kaki dari rumah, mereka tidak langsung percaya, dan mengecek rumah saya," ujarnya.
Setelah para seniornya mengecek keberadaan rumah Taufik, baru mereka percaya dan bangga akan kegigihan Taufik untuk bekerja di kepolisian.
Lebih lanjut, Sejak lulus dari SMK N 1 Sayegan tahun 2013, Taufik pernah bekerja menjadi staf perpustkaan di SMK nya tersebut. Baru setelah tahun 2014 dia membulatkan tekad untuk bergabung dalam penerimaan Brigadir Polri dari Polda DIY. Dia termotivasi menjadi polisi karena saat sekolah dia aktif di bidang kepramukaan.
"Bapak tidak tahu kalau saya mendaftar di kepolisian, saat sidang kelulusan baru saya mengajak bapak saya," ceritanya.
Awalnya ayah Taufik sempat meragukan apakah Taufik benar-benar bisa diterima di kepolisian. Sang Ayahpun sempat menanyakan apakah nanti pihaknya harus membayarkan sejumlah uang untuk melancarkan Taufik masuk ke kepolisian.
"Saya jawab, kalau saya ngga lulus karena harus pake uang, maka saya rela kerja di SMK lagi, Alhamdullilah saya lolos seleksi, waktu itu saya juga tidak percaya, dan saya meminta bapak saya untuk menampar pipi saya, apakah saya bermimpi atau tidak," kenangnya.
Taufik sudah selesai menjalani pendidikannya, dan saat ini dirinya ditempatkan di satuan Sabhara Polda DIY. Taufik sendiri berencana akan memberikan gaji pertamanya kepada bapaknya.
Sumber: Tribunnews